Senin, 04 Agustus 2008

Cabuk Rambak dan Nasi Liwet Solo

Salam Kuliner

Pada kesempatan ini, Team Kuliner bercerita tentang pengalamannya singgah di kota Solo pada malam hari. Saat memasuki jalan-jalan protokol, terlihat bahwa kota Solo relatif sunyi pada malam hari, apalagi saat itu waktu telah menunjukkan hampir pukul 21.00 malam.

Agak sulit bagi team kuliner untuk mendapatkan tempat makanan yang "cihuy"pada malam hari, yang tersisa hanyalah kedai nasi liwet dan pecel lele yang menghiasi trotoar jalanan dan pojok-pojok kota. Nasi liwet memang merupakan salah satu makanan khas kota ini dan menurut informasi kedai-kedai nasi liwet yang paling favorit baru menggelar dagangannya pada pukul 01.00.

Walaupun demikian, kedai tersebut selalu ramai diserbu pelanggannya hingga subuh menjelang, apalagi pada saat weekend tiba. Ditambah lagi pada saat musim siaran langsung sepakbola pada malam hari seperti Piala Dunia, Eropa, Champion, UEFA, ataupun tibanya musim siaran langsung Piala Thomas dan Uber Cup.

Team Kuliner tidak menunggu hingga selarut itu karena rasa lapar yang telah mendera. Setelah berputar-putar tanpa henti di pusat kota, Team Kuliner yang lapar dan lelah, tertuju perhatiannya pada Kedai nasi Liwet mba Watik di Jalan Dr. Rajiman.

Nasi Liwet
Akibat keramahan mba Watik, membuat para pengunjung sabar dan rela menunggu pesanannya datang meskipun terasa seperti seribu tahun lamanya.

Nasi Liwet merupakan nasi yang harumnya sangat khas, lebih khas lagi bila dimasak dengan cara diliwet di atas tungku arang atau kayu bakar. Seperti halnya nasi rames, nasi liwet komplit seharga sekitar Rp 7,500 biasanya berisi sayur labu plus cabe rawit, krecek, tahu, opor ayam atau opor telur.


Untuk menambah harumnya nasi liwet, maka biasanya disajikan menggunakan daun pisang. Selain harum, juga memudahkan penjual nasi liwet untuk mencuci piringnya.

Setelah menikmati nasi liwet dengan porsi tidak terlalu besar, maka nikmat sekali bila "dihajar" dengan teh manis panas ataupun teh manis tawar. Bukan main......uenakk tenan!

Rasa penasaran belum sirna, karena teringat tulisan di spanduk depan kedai, yaitu "Cabuk Rambak".Ternyata Cabuk merupakan bumbu yang bentuknya serupa dengan sambel gado-gado atau sambel kacang. Namun Cabuk ini terasa lebih pedas, dan manis, dan warnanya coklat muda. Sedangkan rambak, merupakan kerupuk rambak yang terbuat dari kulit sapi. Jadi Cabuk Rambak adalah makanan yang isinya terdiri dari kerupuk rambak yang diberi bumbu Cabuk, dan diberi lontong. Mmmmmmhhh nikmatnya........







Cabuk Rambak ini dapat dibeli dengan harga sekitar Rp 6,000 dengan porsi yang imut-imut.



Selamat Mencoba
Wassalam
HP

1 komentar:

infogue mengatakan...

artikel anda bagus dan menarik, artikel anda:
Artikel kuliner terhangat
Artikel anda di infogue

anda bisa promosikan artikel anda di http://www.infogue.com/ yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!