Selasa, 11 November 2008

Mie rebus dan Mie Goreng Kafe Pak Salimun Lubuk Linggau





Salam Kuliner!!!



Kali ini saya mengunjungi kota kelahiran saya, Lubuk Linggau, dalam rangkaian kunjungan kerja bersama beberapa teman.


Kakak dan adik saya yang memang tinggal di kota ini memaksa saya untuk mencoba Mie ala kampung yang menurut mereka adalah Jawaranya ini. Kafe Pak Salimun.... itu nama tempatnya. Siempunya kafe sebenarnya sudah mangkat, alias Almarhum. Namun kakak saya menjamin bahwa rasa dan takarannya masih sama karena proses regenerasi sudah dipersiapkan dengan sangat rapih dan professional oleh Almarhum. Simple saja sih prinsipnya, yaitu Learning by doing! Jadi, Pak Salimun(alm) meminta anaknya untuk memperhatikan beliau masak selama sebulan tanpa melakukan apapun, hanya melihat. Bulan berikutnya mereka gantian. Pak Salimun (alm) hanya melihat anaknya memasak tanpa melakukan apapun.... nah, hasilnya akan langsung beliau evaluasi.

Ok, itu tadi sekilas soal kafe tersebut. sekarang cerita soal makanannya...
Pertama dan yang paling terkenal, Mie Rebus. Mie ini dibuat sendiri oleh Kafe ini mulai dari bumbu sampai dengan mienya, sehingga rasa dan kesegarannya terjamin. Porsi yang diberikan tidak terlalu besar, sehingga sesuai dengan situasi kami saat itu yang datang pada pukul 10 malam dan sebenarnya sudah makan malam. Kaldu ayam yang digunakan sebagai kuah sangat kental dan didominasi rasa manis, asam dari tomat, namun disisi lain juga gurih. Toping mie yang berupa suwiran daging ayam kampung dan ati ampela berasa sangat segar dan masih empuk kenyal. Sayuran yang dipakai tampaknya tidak direbut terlalu lama, jadi masih meninggalkan kesan crunchy ketika digigit... Singkat kata, Segar, gurih, enak, dan tidak enek.
Namun jika anda datang dalam kondisi luapaaar, maka baiknya pesan dua porsi, Mie rebus dan Mie Goreng.

Selamat Mencoba.

Wassalam.
YM for TourKuliner

Minggu, 09 November 2008

Bakso di warung Es Teler Sari Mulia Asli di Megaria



Salam kuliner!

Seperti wanita pada umumnya, saya menyukai bakso. Namun bedanya adalah mempunyai ketertarikan berlebihan pada menu satu ini, sampai saya berfikir bahwa saya lebih suka kalau Bakso menjadi makanan Pokok dibanding nasi atau roti.

Kali ini saya mencoba mengobati kekangenan saya akan bola daging ini dengan mampir ke warung Es Teler Sari Mulia Asli di Megaria yang menjadikan Bakso sebagai salah satu andalannya. Tidak sampai lima menit, pesanan saya datang! Hummm.... wanginya bikin saya kegirangan! Bisa disangka, tidak lebih dari sepuluh menit dari datangnya pesanan, bakso sudah berpindah keperut saya dengan sukses..

Kesan yang dapat saya sampaikan kali ini adalah.... Jumlah bola dagingnya standar, hanya lima buah. Tapi... ukurannya itulooohh... 1,5 kali standar! Saya harus membagi dua tiap bolanya agar saya masih dapat menyantap dengan mulut tertutup. Soal rasa... Nyam! bolanya kenyal berserat dan berasa banget juice dari dagingnya. Saya rasa, menu ini bisa dijadikan pilihan kalau abis nontondi biokop XXI yang dingin. Murah dan bikin meriah!

Wassalam,

YM for Tourkuliner

Bihun Bebek di ITC Kuningan

Salam Kuliner!!
Nyam… nyam……

Tujuan kali ini adalah Bihun Bebek di ITC Kuningan. Seorang temen yang tau banget kalau saya penggemar bihun dan bebek berpendapat kalau saya akan suka dengan makanan ini.
Termakan dengan cerita temen saya, saya bersama dua orang teman lainnya menyempatkan makan di tempat ini di saat istirahat kantor untuk makan siang.


Pesanan datang dalam waktu yang cukup cepat. Aroma bawang putih langsung tercium ketika mangkun berisi Bihun Bebek Rebus saya datang.
Kalau dilihat dari penampilan warnanya sebenarnya agak meleset dari perkiraa saya. Kuahnya berwarna agak kelabu dengan suwiran bebek yang berwarna pucat. Hal ini saya kira berasal dari Kaldu yang dibuat dari daging dan tulang bebek.
Sruputan pertama….. Nyam!
Rasanya gurih sekali! Aroma bawang putih yang dominan ternyata tidak nempel dilidah. Bihun yang agak lebih besar dari ukuran normal terasa licin dan tidak kesat. Selada yang diletakkan didasar mangkok langsung layu ketika disiram kuah panas, namun ternyata masih Kriess..ss ketika digigit.
Tidak ada rasa amis sama sekali, sehingga tidak ada rasa enek walaupun harus menghabiskan porsi yang lumayan besar.
Makan siang harus kami selesaikan dengan cepat, mengingat kami masih ada “Tugas” hunting alias shopping di Mall yang terkenal memiliki barang berkualitas Unggul namun harga tidak bikin gundul.
So… sampai ketemu lagi!!!

YM for tour kuliner.

LAKSA, makanan khas Singapur


Salam Kuliner!

Kalau kita jalan-jalan ke Singapur, susah cari Laksa Singapur, karena yang ada Laksa doang J
Setelah kecapean maen di Sentosa Island bersama keponakan saya, kami menyempatkan untuk makan di Vivo city. Kelaperan tapi nggak terlalu paham dengan daerah “jajahan”, kami memilih makan ketempat yang udah kami kenal sebelumnya, The Bakerzin. Pesanan saya jatuh pada menu LAKSA, makanan khas Singapur yang saya suka. Ketika mangkuk pesanan saya datang dengan porsi yang buanyak, saya sudah tidak yakin akan dapat menghabiskannya. Kuah santannya sangat kental dan kaya bumbu, enak namun jadi agak pahit karena terlalu berempah. Mie yang jadi pemasok energi Utama dari mangkuk saya rasanya empuk dan licin namun jumlahnya yang banyak sangat membuat saya kewalahan, pdahal mereka tidak menyediakan sambal untuk melengkapi rasa Laksa pesanan saya sekaligus katalisator nafsu makan. Alhasil, saya pulang meninggalkan separuh Laksa yang tidak ikut saya “bawa pulang”. Lain kali saya akan mencoba peruntungan sayadengan menu yang berbeda.

Wasalam.
YM for TourKuliner