Jumat, 26 September 2008

Berbuka Puasa : Gudeg Penjompongan dan Tempe Mendoan

Salam Tour Kuliner

Acara makan yang direncanakan jauh-jauh hari kadang batal atau kurang nikmat karena air liur kenikmatan sudah menggantung lama- beberapa hari sebelumnya -membayangkan menu makanan yang akan disantap.

Berbuka puasa September 2008 di kantor kali ini spontan dan direncanakan beberapa jam sebelum berbuka. Setelah didiskusikan dengan rekan-rekan yang akan berbuka, rencana kilat menunggu kenikmatan yang tinggal 3 jam lagi serasa cukup lama.

Setelah ditimbang-timbang dipilihlah menu gudeg pejompongan dan tempe mendoan. Soal tempat cukup di kantor saja sehubungan di luar macet dan memang bertepatan dengan waktu pulang kantor. Banyak yang sudah mahfum kalau kantor di daerah jalan sudirman cukup dinamis akan pilihan2 menu untuk berbuka namun jalur lalu lintas cukup padat.

Kita memilih 2 rekan akan membeli makan tersebut sehubungan mendekati buka ada jadwal keluar kantor dan diperkirakan menjelang buka sudah sampai di kantor. Hitungan waktu sudah dihitung dari menit-ke menit. Jadi yang tour kuliner ..pembelinya yang sekaligus penikmat. Sedangkan penikmat lainnya cukup di kantor saja. Ada 6 rekan yang mau ikut gabung..kali ini.

Menu tetap gudeg penjompongan dan tempe mendoan..

O..la la..setelah di pilih menu, tidak ada satupun yang tahu nomor telepon gudeg penjompongan tersebut meskipun lokasinya memang dekat kantor..ya 10 - 20 menit dengan kendaraaan relatif dekat.

Akhirnya telkom dengan 108 cukup membantu agar kita tidak kehilangan waktu. Pertimbangannya tugas kantor terselesaikan dan bisa menikmati berbuka puasa dengan nikmat pada waktunya.

Kalau tempe mendoan sich sudah ada langganan. Khan dekat2 bendungan hilir ada pasar makanan dadakan pada waktu bulan ramadhan.

Antara rencana dan pelaksanaan tidak meleset. Memang pada saat bulan puasa seperti ini ada saja jalan yang diberikan dan dibuka sehingga bisa menjalankan buka puasa dengan lancar pada waktunya.

Woow.. buka puasa dengan gudeg pejompongan cukup nikmat juga apalagi ditambah tempe mendoan. Kita bisa berbuka seakan-akan direstoran dengan setting yang kita inginkan bersama.

Kita merasakan jika diantara kita saling support kita yakin semuanya bisa jalan.Apalagi memang rekan-rekan yang ikut berbuka sudah membayangkan nikmatnya buka dengan kedua menu tersebut. Waktu 3 jam khan tidak terlalu lama.

Yang kita tarik dari berbuka saat ini, meski spontan kita masih bisa memenuhi menu makan yang diinginkan meski berada di kantor dan dalam kesibukan tugas kantor. Dalam era saat ini informasi dan kemudahan sudah banyak kemajuan.

Waktu yang berharga dan ketat dalam kesibukan pekerjaan tidak harus menurunkan minat akan memperoleh kenikmatan dalam menyantap makanan sesuai pilihan. Apalagi dalam bulan puasa kita sadari jalan dibuka lebih lebar asalkan kita membuka hati.


Lihat saja rekan kita Endang Rahmat yang mengekspresikan nikmatnya berbuka puasa di kantor meski tugas mesti tetap dijalankan.

Salam Tour Kuliner

IBP





Sabtu, 20 September 2008

Alibaba Steak & Iga Bakar





Salam Kuliner




Sebagai pecinta daging merah yang dibakar, saya selalu berburu "warung-warung" steak yang menurut saya mungkin dapat menyajikan "Rasa original".
Perburuan kami kali ini adalah ke daerah Kelapa Gading, tepatnya di Jalan Boulevard, tidak jauh dari pintu gerbang setelah Goro. Alibaba Steak & Iga Bakar namanya. Ruangannua didesain tempo doeloe, dengan meja batu marmer, kursi kayu hitam, lampu model chandalier hitam paduan putih susu, dan potret-potret semi hitam-putih khas jaman noni-noni Belanda. Selain itu, musik "chill-out" yang diperdengarkan dengan bantuan sounds system yang baik juga mengambil peranan dalam memberikan suasana cozy bagi konsumennya.
Karena "Warung" steak ini relatif baru, maka menunya pun nggak neko-neko. Tapi kalau cuma Sirloin, Tenderloin, dan Salmon steak sih ada. Untungnya favorit saya (T-Bone) dan suami (Ribs) juga tersedia.

Nunggu 15 menit, orderan datang.. Dari baunya sudah jejingkrakan "naga-naga" diperut. T-Bone pesanan saya disajikan dengan dua macam saus yaitu jamur dan lada hitam, sesuai permintaan.

Irisan pertama, saya dikagetkan dengan tekstur daging yang sangat empuk namun nggak "hancur", begitu "Lep" masuk mulut, irisan daging yang juicy dan lembut langsung memuaskan keinginan "naga-naga" piaraan saya.

Rasanya sederhana, ringan dan original. Khas steak rumahan. Saus jamurnya kental namun tidak "tebal" sementara saus lada hitamnya cukup pedas namun tidak "panas". Enak.

Menu pilihan berikutnya adalah BBQ Ribs. Tadinya saya pikir Steak T-Bone Alibaba sudah sangat lembut, ternyata Ribsnya masih jauh lebih lembut. Bahkan urat-uratnya pun dapat dimakan tanpa perlu "perjuangan". Dengan dominasi rasa manis berkaramel dan sedikit pedas, Ribs ini sangat cocok untuk penyuka rasa manis.

Sayangnya saya kurang merasakan "kesegaran" khas daging yang masih baru. Selain itu, piring panas alias 'hot plate' yang digunakan sebagai penyaji tidak dipanaskan secara optimal sehingga sensasi panas di daging tidak terasa.

Dengan ditemani Es Teh Manis dan Lemon Tea, kami harus membayar 110ribu. Harga yang pantas untuk suatu pengalaman kuliner yang cukup menyenangkan.

Until next Tour Kuliner then....

-YM for TourKuliner-





Senin, 08 September 2008

Pizza Kotak Berkontur ala TiAmo Cucina di Mall Kelapa Gading


Ini kali pertama saya menulis untuk Tour Kuliner. Perjalanan hidup dan karir membawa Saya menjadi pecinta makanan sekaligus pengelola operasional sebuah restoran dan catering Japanese Food di Jakarta. Yang akan saya bicarakan adalah Pizza dari italia, makanan international yang dikonsumsi dimana-mana seluruh dunia. Di Indonesia , restoran Pizza Hut sudah merajalela ditambah lagi beberapa restoran pizza lain yang menjamur di kota-kota besar di Indonesia. Penggemar pizza di Jakarta, khususnya sudah mengalami berbagai jenis pizza mulai dari Pizza yang thick ala Pizza Hut hingga Thin crust ala Izzi Pizza. Keduanya berbentuk bulat sesuai dengan bentuk loyangnya yang dipanggang diatas oven bersuhu tinggi.
Nah,hari Sabtu lalu saya berbuka puasa di MKG 3 , Jakarta, tepatnya ex gerai Cinnzeo yang berubah konsep menjadi Threelicious (3 franchise dalam satu atap: TiAMo Pizza, Cinnzeo, Hot SHot Burger).Saya menyukai adonan pizza TiAmo, namun kali ini sedikit surprise karena TiAmo disana menyajikan Pizza kotak persegi panjang. Orang Italia menyebutnya Pizza Al Taglio. Dalam literature yang dipajang di dinding restoran disebutkan bahwa adonan Pizza Al Taglio ini dibuat di Vicalvi, kota kecil di Lazio Italia, khusus untuk TiAmo. Apa yang spesial ya dari adonan ini? disebutkan adonan ini berongga udara dan manis rasanya.
Beberapa saat kemudian datanglah Pizza Al Taglio dengan topping smoke salmon. Saya perhatikan bahwa konturnya berbeda dengan pizza sejenis di Restoran Italia Trattoria. Konturnya tidak rata tapi semakin tebal setiap centi-nya.
Saatnya disantap dan butuh waktu untuk merasakan taste-nya. Kekenyalan adonan baik sekali bahkan di bagian tertipis masih terasa kekenyalan diantara bunyi crisp.Satu comotan patahan membuat cepat kenyang, mungkin dikarenakan adonan wheat durum semolina yang dipakai.Say akira dari sinilah rasa manis itu berasal. Toping enak tidak mengecewakan apalagi smoke salmon sangat berasa aromanya, sedap sekali. Ini lah era pizza baru : kotak dan mengenyangkan. Apakah ini bisa jadi trend Pizza di Indonesia? butuh adaptasi budaya yang kuat bila kita lihat antrian Pizza Hut dimana-mana. (gbr diambil dari WIKIPEDIA).

Jumat, 05 September 2008

Bir a la Iran

Di Indonesia, MUI melarang bir dengan alkohol nol persen karena khawatir orang akan terbiasa dengan bir lalu beranjak lebih jauh untuk minum beralkohol. Tapi di Iran, bir tanpa alkohol diizinkan beredar bebas dan menjadi salah satu minuman ringan favorit. Bir ini antara lain diimpor dari Belanda, berbusa mirip bir tapi rasanya lebih dekat dengan campuran jus apel dan soda.

Di pegunungan di Teheran Utara, buah-buah yang difermentasi dijajakan sepanjang jalan. Rasanya macam-macam, mulai dari manis hingga kecut.

Rabu, 03 September 2008

Menikmati Makanan Laut Segar di Cannes, Perancis



Makanan apa yang enak di Cannes? Banyak. Tapi salah satu yang khas adalah seafood.

Meski dihidangkan nyaris mentah, seafood ini terasa segar di lidah. Jika takut amis, selalu tersedia jeruk untuk diperas dan diteteskan. Butuh waktu hampir sejam bagi kami berempat guna menghabiskan satu nampan ukuran sedang. Pada nampan ukuran besar, ada kepiting lebih dari satu ditambah dengan lobster. Dan ini masih tergolong appetizer ;-)

Praktis tiap kali ke Cannes, aku selalu berkesempatan makan seafood segar ini, meski tak bisa banyak karena keburu kenyang. Sayang di Indonesia tak ada hidangan seperti ini. Menurut mas Bondan Winarno di milis Jalan Sutera, nelayan Indonesia tak punya teknologi pengawetan ikan yang memadai untuk menjaga tangkapan tetap segar hingga ke darat.

Saat melihat kawan-kawanku mengganyang si kepiting, aku cuma ingat satu orang: istriku. Dia senang sekali makan kepiting --pasti dia girang kalau punya kesempatan ke sini.

Shall we go here, my dear?