Jumat, 29 Agustus 2008

Sate Kambing Bangil


Salam Kuliner

Perjalanan kuliner di daerah Jawa Timur kita belum berakhir, kita masih mengubek-ubek makanan di daerah Kabupaten Pasuruan, tepatnya di Kota Bangil. Nama kota ini cukup unik, Kota ini tidak terlalu luas tetapi kita harus berhati-hati di daerah ini karena kejahatan sering terjadi di daerah ini seperti pencopetan, perampokan dan pencurian ranmor, hingga hewan ternak. Kita lihat sepanjang jalan di tengah kota Bangil, polisi magang berjaga-jaga di setiap 5 meter. Mereka turut mengamankan daerah tersebut dan melancarkan lalu lintas yang dipenuhi bus dan truk dari arah Surabaya ke arah Banyuwangi.

Setelah bingung mencari makan siang di daerah ini, kita mampir di kedai sate di sekitar Depot Lestari. Kota ini memang terkenal dengan gulai kambing dan sate kambingnya. Perjalanan terdahulu kita telah merasakan nikmatnya gulai kambing kacang ijo, kali ini kita mencoba sate kambingnya. Hmmm, yummie....

Satu porsi sate kambing Bangil ini dijual dengan harga sekitar Rp 12 ribu. Menurut penjualnya, karena harga BBM yang terus naik, maka per porsinya akan dinaikkan menjadi sekitar Rp 15 ribu. Harga tersebut relatif lebih murah dibandingkan harga sate kambing di Jakarta saat ini.
Waktu mencicipinya, terasa bahwa kambingnya adalah kambing muda yang empuk, dengan sambal kacang yang pas, ditambah potongan bawang dan cabe rawit yang mengundang selera....hmmm makan di Bangil, serasa berada di warung sate madura....bukan main!


Wassalam
HP

Senin, 18 Agustus 2008

Gule Kambing Kacang Ijo


Kali ini Team Tour Kuliner singgah di kota Bangil, yang terletak antar daerah Pandaan dan kota Pasuruan, Jawa Timur. Bila kita dalam perjalanan ke arah kota Pasuruan, kita bisa singgah di Depot Lestari untuk sekedar melepas lelah sambil mengisi perut kita.

Makanan apa ya yang bisa kita temukan di sini? Dari mulai soto, sate ayam, sate kambing, rawon, gule kambing, bahkan kebab yang berasal dari Timur Tengah ada di sini. Konon kabarnya di daerah Bangil ini banyak pendatang yang menjadi pedagang yang berasal dari Arab. Dengan demikian, makanan khas Arab mewarnai khazanah kuliner di kota Bangil ini.


Dari sekian menu yang tersedia, kami tertarik untuk mencicipi "gule kambing kacang ijo". Apaan tuuuh?
Masakan ini menurut orang-orang setempat adalah salah satu andalan dari kota ini karena kekhasan-nya. Tak jauh berbeda dengan gule kambing yang lainnya, gule yang satu ini dimasak seperti gule kambing pada umumnya, namun dipadankan dengan kacang ijo. Dengan uang kurang dari Rp 15,000 per porsi, anda sudah dapat menikmatinya

Rasanya mmmmh....enak, manis, gurih, dan benar-benar saya jamin anda penasaran untuk mencobanya.














Wassalam

HP

Rabu, 06 Agustus 2008

Bubur Ayam Bunut Sukabumi

Salam kuliner

Pernahkah anda makan bubur ayam Sukabumi? Anda tentu banyak menemukannya di kota-kota selain Sukabumi. Bila anda berada di Jakarta, maka sering anda temui tukang bubur yang mengklaim sebagai bubur Sukabumi.

Namun, pernahkah anda makan bubur ayam di Sukabumi? Bila membayangkannya untuk menuju Sukabumi harus melewati kemacetan yang sangat parah terutama di jalur Jakarta menuju Sukabumi, maka anda tentu akan malas untuk menuju kota tersebut. Namun sesekali bila anda memang berniat ke kota Sukabumi, ataupun sedang melintasinya, maka jangan lupa untuk mencicipi Bubur ayam Bunut.


Bubur ayam Bunut ini terletak di Jalan Siliwangi, Sukabumi, yang letaknya tidak jauh dari Rumah Sakit Bunut (red:Rumah Sakit Umum Syamsudin). Sejak dahulu kala, gerobak yang menjual bubur ayam bunut di depan rumah sakit tersebut sangat digemari pelanggannya. Pada malam hari penjual bubur mangkal di depan rumah sakit, dan bila pagi hingga menjelang siang mangkalnya di Jalan Siliwangi dekat rumah sakit tersebut.

Dan kini, pemilik telah mengembangkan bisnis bubur tersebut dari kelas gerobak menjadi kelas Cafe yang cukup profesional. Dengan mengklaim dirinya sebagai Pusat Bubur Ayam, maka Bubur Ayam Bunut ini memberikan peningkatan pelayanan dan kenyamanan dengan tempat barunya di kawasan Jl. Siliwangi no. 93. Lokasi yang ditempati sekarang merupakan sebuah rumah hunian yang disulap menjadi tempat makan yang nyaman. Pengunjung dapat memilih untuk makan di bawah bangunan bilik, atau di bangunan modern. Pusat Bubur ini beroperasi sejak subuh hingga sekitar pukul 11 malam.


Bubur ayam Sukabumi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bubur yang dijual di Jakarta. Rasanya yang gurih dengan dilengkapi suwiran ayam, bumbu kaldu, telur, ati ampela, cakwe, krupuk, dan bumbu-bumbu lainnya membuat kita happy dibuatnya. Namun yang harus anda coba adalah keroket atu risol yang sippp banget, mak kresssss kalo kita menggigitnya, karena sangat garing.

Bubur ayam ini memiliki porsi yang cukup padat dan pas untuk disantap. Namun bila anda belum kenyang juga, maka disediakan pula menu-menu lain yang bervariasi. Untuk seporsi Bubur ayam anda bisa membelinya mulai dari 8,000 rupiah tergantung isi tambahan yang anda pesan.



Karena dinginnya kota Sukabumi ini, maka makan bubur ayam ini enak ditemani dengan bandrek atau bajigur panas, atau hanya sekedar teh tawar panas yang membuat suasana menjadi hangat dan mak nyosssss.

Selamat mencoba

Wassalam

HP

Gudeg Ibu Djuminten

Salam Kuliner

Kita mampir ke kota Yogyakarta alias Jogja untuk mencicipi gudeg sebagai makanan khas daerah ini. Dari sekian banyak gudeg yang terkenal di kota ini, team kuliner menjajal Warung Gudeg Ibu Djuminten yang telah berdiri sejak tahun 1926.

Sejak saat berdirinya, nama Ibu Djuminten terkenal sebagai penjual gudeg yang difavoritkan oleh kaum tua maupun muda. Dan konon kabarnya, dari jaman dulu hingga sekarang warung gudeg ini memiliki lokasi yang sama, yaitu di Jalan Kranggan No. 69 Yogyakarta.

Warung gudeg yang terletak di hook tersebut berbentuk sebuah rumah klasik yang tak berubah bentuk sejak dahulu. Dengan demikian, para kaum sepuh yang hendak bernostalgia tampaknya tidak sulit untuk menemukan tempat ini.

Berdasarkan informasi dari "penjaga warung", Ibu Djuminten telah meninggal beberapa tahun lalu, tetapi bisnis ini diteruskan oleh anak cucunya Ibu Djuminten. Selain di Jalan Kranggan, Gudeg Ibu Djuminten ini memiliki Warung lain di Jalan Asem Gede Jogjakarta.

Bahkan, untuk masyarakat Jakarta yang ingin memburu makanan ini, tidak perlu repot mencari gudeg Ibu Djuminten hingga ke Yogyakarta karena telah hadir di kawasan Bintaro, Tangerang.



Siapa yang tak kenal gudeg? Gudeg ini adalah makanan yang terbuat dari nangka yang diolah sedemikian rupa untuk dijadikan teman yang nikmat untuk makan nasi.

Ada beberapa pilihan Menu paket yang anda bisa pilih di warung gudeg ini. Menu tersebut mengkombinasikan gudeg dengan telur, ayam, dan krecek yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan dan selera anda.


Sensasi ketika mencobanya, terasa bahwa makanan ini sangat manis. Cocok sekali jika makan gudeg ini ditemani dengan nasi panas-panas...............rasanya serrrrrrrr. Namun, bila anda tergolong orang yang tidak doyan manis, maka makanan ini bukan pilihan yang tepat. Jadi enak tidaknya sangat bergantung pada lidah anda.

Untuk anda yang akan membawakan gudeg ini untuk teman, kerabat, ataupun saudara anda, maka jangan khawatir karena Warung gudeg Ibu Djuminten memiliki kemasan dalam bentuk kendi yang dikemas dengan tas yang menarik dan sangat cocok sebagai oleh-oleh anda.

Bila kita makan di warung ini, terasa bahwa harga tinggi yang harus dibayar sebanding dengan kualitas yang ditawarkan. Kita perlu membayar sedikit agak mahal, bahkan setingkat dengan harga makanan di Jakarta.

Ini tidak seperti yang kita bayangkan bahwa makanan di kota Jogja ini murah-murah. Untuk mendapatkan seporsi gudeg komplit berisi gudeg, telur, krecek, dan ayam mencapai harga sekitar 15 ribu rupiah.

Bila anda memesan dalam bentuk box maka harga bisa berkisar 40 ribu hingga 80 ribu per box tergantung kombinasi isinya. Namun bila anda memesan paket dengan kemasan kendi, maka harga yang harus anda bayar dapat mencapai 100 ribu rupiah.

Kami yakin, bila anda para Gudeg Lovers, harga yang anda bayar tersebut sebanding dengan kenikmatan yang anda dapatkan.

Selamat mencoba
Wassalam
HP

Senin, 04 Agustus 2008

Cabuk Rambak dan Nasi Liwet Solo

Salam Kuliner

Pada kesempatan ini, Team Kuliner bercerita tentang pengalamannya singgah di kota Solo pada malam hari. Saat memasuki jalan-jalan protokol, terlihat bahwa kota Solo relatif sunyi pada malam hari, apalagi saat itu waktu telah menunjukkan hampir pukul 21.00 malam.

Agak sulit bagi team kuliner untuk mendapatkan tempat makanan yang "cihuy"pada malam hari, yang tersisa hanyalah kedai nasi liwet dan pecel lele yang menghiasi trotoar jalanan dan pojok-pojok kota. Nasi liwet memang merupakan salah satu makanan khas kota ini dan menurut informasi kedai-kedai nasi liwet yang paling favorit baru menggelar dagangannya pada pukul 01.00.

Walaupun demikian, kedai tersebut selalu ramai diserbu pelanggannya hingga subuh menjelang, apalagi pada saat weekend tiba. Ditambah lagi pada saat musim siaran langsung sepakbola pada malam hari seperti Piala Dunia, Eropa, Champion, UEFA, ataupun tibanya musim siaran langsung Piala Thomas dan Uber Cup.

Team Kuliner tidak menunggu hingga selarut itu karena rasa lapar yang telah mendera. Setelah berputar-putar tanpa henti di pusat kota, Team Kuliner yang lapar dan lelah, tertuju perhatiannya pada Kedai nasi Liwet mba Watik di Jalan Dr. Rajiman.

Nasi Liwet
Akibat keramahan mba Watik, membuat para pengunjung sabar dan rela menunggu pesanannya datang meskipun terasa seperti seribu tahun lamanya.

Nasi Liwet merupakan nasi yang harumnya sangat khas, lebih khas lagi bila dimasak dengan cara diliwet di atas tungku arang atau kayu bakar. Seperti halnya nasi rames, nasi liwet komplit seharga sekitar Rp 7,500 biasanya berisi sayur labu plus cabe rawit, krecek, tahu, opor ayam atau opor telur.


Untuk menambah harumnya nasi liwet, maka biasanya disajikan menggunakan daun pisang. Selain harum, juga memudahkan penjual nasi liwet untuk mencuci piringnya.

Setelah menikmati nasi liwet dengan porsi tidak terlalu besar, maka nikmat sekali bila "dihajar" dengan teh manis panas ataupun teh manis tawar. Bukan main......uenakk tenan!

Rasa penasaran belum sirna, karena teringat tulisan di spanduk depan kedai, yaitu "Cabuk Rambak".Ternyata Cabuk merupakan bumbu yang bentuknya serupa dengan sambel gado-gado atau sambel kacang. Namun Cabuk ini terasa lebih pedas, dan manis, dan warnanya coklat muda. Sedangkan rambak, merupakan kerupuk rambak yang terbuat dari kulit sapi. Jadi Cabuk Rambak adalah makanan yang isinya terdiri dari kerupuk rambak yang diberi bumbu Cabuk, dan diberi lontong. Mmmmmmhhh nikmatnya........







Cabuk Rambak ini dapat dibeli dengan harga sekitar Rp 6,000 dengan porsi yang imut-imut.



Selamat Mencoba
Wassalam
HP

Minggu, 03 Agustus 2008

Mee Rebus dan Laksa Singapore

Salam kuliner

Halo apa kabar? Mudah-mudahan Anda selalu dalam keadaan baik.

Untuk Anda yang berselera Melayu, maka lidah Melayu akan sangat dimanjakan bila anda sedang berada di Singapura, karena di sana banyak sekali makanan yang masih nyerempet-nyerempet dengan selera Melayu. Tapi bagi sebagian orang Indonesia, hmmmm mungkin rasa masakan Melayu di Singapura kadang-kadang terasa aneh.

Kali ini kita jalan-jalan di daerah Bugis Street untuk menikmati makanan sepanjang jalan tersebut. Sambil menikmati makanan, di sana kita dapat menikmati suasana udara malam yang meriah di pinggir jalan sambil ngobrol ngalor-ngidul dengan orang yang tersayang. Di Bugis Street ini beraneka ragam makanan dapat kita pilih mulai dari Sea Food, Bebek, makanan Non-halal, hingga Mee Rebus (red: Mie Rebus) dan Laksa Singapore berikut ini.


Mee Rebus

Mee Rebus alias Mie Rebus ini adalah pilihan yang cukup pas untuk pecinta masakan agak manis. Sepintas mie rebus ini tidak jauh berbeda dari 'Mi Tektek' yang dijual abang-abang Mie keliling yang biasa melewati komplek-komplek perumahan di Indonesia.

Seperti halnya di Indonesia, Mee Rebus ini adalah makanan yang cukup murah meriah, yaitu hanya dengan sekitar SGD 3' atau Rp 20.000 perporsi. 

Bagi anda yang harus makan 'banyak' atau kelaparan berat, porsi yang disediakan mungkin dirasakan kurang 'nendang'. Jadi anda masih punya space di perut untuk mencoba makanan lainnya setelah menikmati Mee rebus ini.

Di Singapura, Mee rebus ini dibuat dari Mie kuning yang ukuran diameternya cukup gendut, dimasak dengan cara direbus dengan tauge, tahu, bakso dengan diberi pula potongan seledri serta bumbu pilihan, kemudian dilengkapi pula dengan telur rebus. Rasa manis merupakan dominasi kecap manis, dan yang menjadi ciri khas mee rebus ini adalah kuahnya sangat kental seperti kuah untuk Kwetiaw Siram. Sluuuurp enak banget!



Laksa Singapore

Laksa Singapore ini tidak jauh berbeda dengan Laksa Singapore yang dijual di Indonesia maupun Malaysia. Bila kita tilik, maka Laksa Singapore dan Mee Rebus memiliki ingredients yang sama. Bahan utama untuk keduanya terdiri dari mie kuning, dan telur

Hanya saja, bumbu dan aroma kuah Laksa Singapore adalah Sea Food yang berminyak dan kaya akan rempah. Selain dilengkapi telur, Laksa ini juga diperkaya dengan udang yang menimbulkan aroma menggiurkan bagi para penggila udang. 

Hmmmmm pokoknya sippp banget deh bila ditemani dengan segelas teh tarik dingin. Untuk urusan bill, kita perlu mengeluarkan sekitar SGD 3.5 untuk Laksa Singapore dan sekitar SGD 1 untuk segelas teh tarik. Cukup murah meriah bukan? 

Untuk urusan porsi mungkin sangat pas bagi para wanita, ataupun pas bagi pria yang sedang "tidak terlalu lapar".

Selamat mencoba
Wassalam

HP

Makan Tofu dan Baso ala Singapore












Salam Kuliner

Melanjutkan perjalanan kuliner di Singapura memang tidak akan pernah habisnya. 

Kali ini kita melirik menu yang banyak sekali kita temukan hampir di seluruh food court yang ada di Singapura hingga restoran-restoran Steamboat pinggir jalan hingga yang ternama sekalipun seperti Coca Suki. Masakan "rebusan" ini memang sudah tak asing lagi, baik bagi orang Melayu, Asia, bahkan Eropa dan Amerika sekalipun.

Saya agak bingung untuk memberikan nama untuk makanan ini, untuk mudahnya sebut saja "Tofu dan Meat Ball" ala Singapore seperti yang team kuliner jajal di Wisma Atria, Orchard Road. 

Di setiap tempat, makanan tersebut ada dengan berbagai nama seperti Meat Ball Soup, Steamboat, Tofu Soup, shabu-shabu dan lain sebagainya. Namun kesemuanya itu memiliki kemiripan, yaitu terdiri dari sayuran (pakcoy, kangkung, ceicim, dsb.), baso (ikan, daging, udang, dll.), telur, udang, otak-otak, ohyong, jamur, mie (putih, kuning), bihun, soun dan lain sebagainya yang bisa dipilih. 

Setelah anda pilih isinya, maka akan direbus beberapa menit dan kemudian dilengkapi dengan kuah kaldu.

Kita dapat memilih sendiri isi sup sesuai dengan selera kita, tetapi bagi teman-teman yang muslim anda harus waspada karena banyak juga yang menjual baso babi. Maka carilah stand foodcourt yang memasang tanda halal dan atau tanyakan terlebih dahulu kepada penjualnya

Masing-masing peace biasanya dijual dengan harga sekitar SGD 0.6 , tetapi biasanya minimum order adalah sekitar SGD 4.2 (atau sekitar 7 pieces). Dengan porsi berisi 7 pieces ini, maka dijamin perut anda akan kenyang karena ukuran per piece-nya yang cukup besar. Bila anda yang memesan menu steamboat di restoran-restoran besar maka untuk menu komplit seperti ini anda bisa menghabiskan hingga SGD 20 per orang.

Sensasi pertama saat mencobanya, sluuuuuuuurp........ rasa bawang putih di dalam kuah kaldu sangat menggoda....mmhh. Kuahnya terasa sangat segar dan tidak terlalu berminyak. 

Bila anda menghendakinya, maka wijen dan sambal yang pedas akan menambah nikmatnya masakan ini. Ketika menggigit sayuran, wah benar-benar endang...bok! Waktu menggigit basonya, wowww...mak cruttt...begitu kita makan otak-otaknya......huuhhh mantabb.....

Bagi para Baso Lovers, ayo pilih baso dan teman-temannya yang anda suka, dan bumbui sesuai selera anda! Selamat mencoba.....

Wassalam
HP

Sabtu, 02 Agustus 2008

Roti Prata@ Singapore



Roti Prata

Salam kuliner

Apakah anda pernah makan martabak? tentu sebagian besar dari anda yang berdomisili di Indonesia pernah menikmatinya. Pada bulan Juni 2008, team berwisatakuliner menyempatkan diri berwisata ke negeri Singapura. 

Di salah satu bagian perjalanan kami ke China Town, kami menemukan menu bernama "Roti Prata" yang sekilas seperti martabak kubang yang dijual di Indonesia.

Roti Prata ini memang bahan-bahannya tak jauh dari martabak telur, tetapi yang membedakan adalah ketika kita gigit, rasanya yang garing dan crunchy, serta kuah curry yang menjadi ciri khasnya. Selain itu aroma dari kambing dan rempah-rempah sangat menyengat. 

Di China Town Singapura, makanan ini dijual seharga SGD 3 hingga SGD 5 tergantung dari isi tambahan yang bisa kita pilih, seperti daging, sayuran, dll.

Usut punya usut, makanan ini memang bukanlah makanan asli Singapura, melainkan dari India. Tak mengherankan, bila pemburunya kebanyakan adalah orang-orang turunan India. Dengan roti prata ini akan mudah ditemukan di tempat-tempat lain di Singapura yang dihuni banyak masyarakat India.

Bagi anda yang tidak doyan curry, maka rasa dari makanan ini akan terasa aneh dan asing. Bila anda sempat ingin mencobanya, maka cobalah roti prata ini tanpa dicampur dengan Curry-nya terlebih dahulu. 

Teman saya yang tidak doyan dengan curry, ketika mencobanya nyeletuk, "yakk, makanan apaan sih niii...kok ada orang yang suka makanan ginian". Kami juga tidak mengerti, mengapa ada makanan seperti ini. Inilah yang dinamakan lain lidah, lain seleranya.

Wassalam

Jumat, 01 Agustus 2008

Beef Flamengo dan Bebek Peking Mandarin Spice

Salam Kuliner

Pada kesempatan ini team kuliner menjajal Chinese Food Mandarin Spice yang berada di Senayan City, Jakarta. Kita menjajal beberapa menu yang ditawarkan berikut ini:


Lumpia goreng ayam chesiaw dan Kapri manis

Lumpia dan Kapri ini merupakan hidangan pembuka yang menggugah selera. Mungkin porsi yang disediakan bisa dinikmati untuk 1 hingga 4 orang.

Ketika kita menggigit lumpia, terasa daging ayamnya mmmhh yummie dan bumbu kunir yang tidak kita nikmati kalau kita mencoba lumpia semarang. Coba deh lumpia-nya. It's good!

Setelah itu kita bisa memesan kacang kapri manis yang spicy, dan membuat rasanya 'brutal man'. It's so tasty!

Apa bungkusan di sebelah kacang kapri? Itu adalah Beef Flamengo yang masih setengah mateng. Mari kita liat cara penyajiannya setelah kita santap Bebek Peking yang telah dipesan.



Bebek Peking

Dalam foto terlihat 1 ekor bebek dimasak terpisah menjadi 2 rasa (upon request). Yang satu agak kecoklatan karena dipanggang dan diberi bumbu agak manis, sedangkan yang satu lagi agak kemerahan dengan rasa penuh rempah-rempah. 

Temannya makan bebek peking tersebut adalah sambel bangkok, dan saus pecking duck yang berminyak. Rasa bebek pekingnya hmmmm Yummie bow, coba saja sendiri kalau tidak percaya!

Beef Flamengo


Setelah kita menyikat bebek peking, kita beralih ke menu berikutnya yaitu beef flamengo. 

Seperti terlihat di gambar di atas, menu ini yang mantebb coy!. Dilihat dari penyajiannya saja sangat menarik. Setelah kita siap untuk menyantap menu yang satu ini, kita bisa memanggil pramusaji untuk menyiapkan hidangan ini.

Pramusaji akan mengguyur beef flamengo yang masih terbungkus alumunium foil dengan spiritus, kemudian membakarnya.....Dan......duarrrrrr! api seketika membakar lapisan alumunium foil, dan beef flamengo menjadi panas dan menjadikannya matang. 

Rempah2 yang menjadi bumbunya sangat meresap ke dalam seluruh dagingnya....oh, bukan main sangat menggugah selera makan kita.

Ketika kita mulai merasakan gigitnya, bukan main..................aroma rempahnya begitu kental, dengan aroma cabe dan ketumbarnya yang sangat berasa tapi tidak membuat kita ilang feeling. Perpaduan daging dan bumbu rempah ini membuat lidah kita seperti sedang menari flamengo......


Sedikit catatan dari penulis, hidangan ini memang diset untuk dipadupadankan dengan nasi, karena akan terasa sangat asin bila kita memakannya tanpa nasi. Menu-menu tersebut di atas disediakan dalam porsi yang cukup besar, sehingga sangat ideal untuk disantap oleh 3 hingga 4 orang.


Selamat mencoba, mantabb coy!

Wassalam
HP

Dodongkal













Salam Kuliner

Pernah merasakan penganan yang bernama"dodongkal"? Penganan ini disebut dodongkal di daerah Jawa Barat, seperti Bogor dan Sukabumi

Namun untuk berburu dodongkal, tidak seluruh Jawa Barat mengenal dodongkal ini, apalagi kota-kota Indonesia lainnya. Namun demikian dodongkal ini memiliki karakteristik atau rasa seperti kue putu yang dapat dijumpai di kota lainnya.

Karena sulitnya menemukan makanan ini, Penulis beruntung mendapatkannya melalui seorang teman yang berada di kota Bogor. Ia membelinya dari penjual yang lewat di depan rumah pada saat matahari terbit.

Bagi penggemar makanan yang manis, Dodongkal ini merupakan pilihan yang tepat. Seperti halnya kue putu, dodongkal ini terbuat dari tepung beras yang disisipi gula merah di dalamnya, serta ditaburi serutan kelapa yang dikukus dengan balutan daun pisang. 

Cobalah untuk mencarinya ketika anda berkunjung ke Bogor, dan anda akan merasakan sensasinya.

Wassalam
HP